News Detail

Bendungan Bulango Ulu Gorontalo Perkuat Pangan Nasional

Bendungan Bulango Ulu Gorontalo Perkuat Pangan Nasional

SUWAWA - Wakil Ketua DPR RI Koordinator bidang Perindustrian dan Pembangunan (Korinbang), Rachmad Gobel, meninjau pembangunan Bendungan Bulango Ulu di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.

“Bendungan ini merupakan proyek strategis nasional yang akan memiliki dampak besar bagi masyarakat Gorontalo. Bahkan akan memberikan kontribusi bagi ekonomi nasional, khususnya dalam memperkuat ketahanan dan kedaulatan pangan nasional,” kata Gobel di sela meninjau pembangunan Bendungan Bulango Ulu, Senin (25/4).  

Gobel menambahkan, bendungan tersebut mulai dibangun pada 2021 dan diharapkan selesai pada 2024. Bendungan Bulango Ulu akan membendung Sungai Mongiilo. Luas genangan 614,72 hektare. Pembuatan bendungan itu akan memberikan manfaat irigasi bagi 4.193 hektare sawah, PLTA 4,96 MW, memasok air bersih 2,2 meter kubik per detik, dan bisa mereduksi banjir hingga 84,62%.

Kota Gorontalo berbentuk seperti mangkuk karena dikelilingi perbukitan. Kata Gorontalo itu sendiri, salah satunya berakar dari kata Hulontalo, yang bermakna tanah yang tergenang air. Karena itu di Gorontalo terdapat danau yang besar, Danau Limboto. Adapun panjang bendungan mencapai 358,75 m.

“Bendungan ini akan menjadi bagian dari masa depan Gorontalo. Kita ingin membangun peradaban baru Gorontalo yang maju dan makmur melalui pendekatan budaya dan teknologi yang berakar pada adat-istiadat warisan leluhur,” kata Gobel.

Legislator NasDem itu mengatakan, untuk memperkuat ekonomi rakyat maka harus membangun pertanian, UMKM, ekonomi berbasis budaya, dan kelautan serta perikanan.

“Ekonomi pangan dan ekonomi kreatif akan menyerap tenaga kerja yang besar dan akan menciptakan pemerataan ekonomi. Karena itu, pembangunan bendungan ini sangat strategis bagi kemajuan Gorontalo ke depan,” katanya.

Saat meninjau pembangunan bendungan itu, Gobel mendapatkan laporan tentang masih adanya kendala pembebasan lahan.

“Pembebasan lahan baru mencapai 20 persen. Sebagian besar yang belum dibebaskan justru ada di areal genangan. Masalahnya bukan pada harga, tapi pada sengketa kepemilikan lahan. Ini harus segera ada solusi. Jangan sampai menghambat progres pembangunan bendungan ini,” katanya.

Namun demikian, berdasarkan laporan pihak terkait, di lahan yang akan menjadi areal genangan sudah tidak lagi ada penduduk.

Proyek pembangunan bendungan itu akan menyerap anggaran sekitar Rp2,3 triliun. Pembangunan bendungan itu melibatkan sejumlah perusahaan seperti Hutama Karya, Istana Karya, Brantas Abipraya, Yodya Karya, Indra Karya, maupun Bumi Karsa.(Nasihin/*)