GORONTALO - Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel melakukan diplomasi herbal ke parlemen Belarusia. "Belarusia adalah negeri dingin. Herbal bisa menghangatkan badan dan juga memperkuat imunitas," katanya, Kamis (21/10).
Diplomasi herbal itu ia lakukan saat bertemu Ketua DPR Belarusia, Vladimir Andreichenko di gedung parlemen Belarusia. Gobel didampingi Ketua Komisi VII Sugeng Suprawoto, anggota Komisi XI Heri Gunawan, dan anggota Komisi X Ratih Megasari Singkarru. Sedangkan Vladimir didampingi para wakil ketua DPR Belarusia. Gobel tiba di Minsk pada Kamis pagi dan langsung melakukan pembicaraan dengan pimpinan parlemen serta kementerian luar negeri Belarusia. Selanjutnya delegasi parlemen Indonesia ini akan bertemu dengan menteri pertanian, menteri perindustrian, serta menteri olahraga dan pariwisata. Delegasi parlemen Indonesia juga didampingi pejabat setingkat dirjen dari kementerian perindustrian serta pejabat dari kementerian perdagangan. Hadir pula direktur utama Pupuk Kaltim, Rahmat Pribadi.
Seusai dialog, sebagai mana lazimnya, dilakukan tukar menukar cendera mata. Selain memberikan dua buku tentang wisata Indonesia, Gobel memberikan produk herbal hasil produksi Botani, sebuah unit usaha milik IPB. "Saya lihat kemasannya bagus dan kandungannya juga bagus," kata Gobel ketika ditanya mengapa memilih produk Botani. Melalui produk herbal, Gobel berharap ada dua hal yang bisa didapat. Pertama, publik dunia diingatkan kembali tentang rempah-rempah yang di masa lalu telah membuat bangsa-bangsa Barat datang ke Indonesia. Kedua, produk herbal umumnya diproduksi oleh UMKM. Melalui dua hal itu Gobel berharap akan tercapai dua hal pula, yaitu ekspor herbal Indonesia meningkat dan menjadi brand Indonesia serta UMKM akan sangat terbantu.
Industri dan Pariwisata
Pada kesempatan itu Gobel membicarakan hubungan ekonomi dan budaya kedua negara. Gobel menyampaikan produk-produk Belarusia yang diimpor Indonesia, yaitu dump truck untuk keperluan pertambangan dan potasium untuk bahan pupuk. Belarusia adalah pemasok 30 persen dump truck pertambangan untuk dunia. Belarusia juga pemasok potasium terbesar kedua di dunia setelah Kanada. Bagi Belarusia, Indonesia adalah pengimpor potasium mereka yang terbesar ke empat. "Karena itu akan lebih baik jika ada joint venture atau berinvestasi di Indonesia," kata Gobel. Vladimir mengatakan, pada 2020 Indonesia mengimpor 693 ribu ton potasium dari Belarusia. Pada tahun itu Belarusia mengekspor 12 juta ton potasium.
Hingga saat ini, neraca perdagangan Indonesia dan Belarusia masih defisit untuk Indonesia. Karena itu Gobel berharap Belarusia agar lebih banyak lagi membeli produk-produk dari Indonesia. “Belarusia bisa mengimpor tekstil, ikan, dan karet serta barang-barang lainnya dari Indonesia. Sehingga neraca perdagangan kedua negara menjadi balance,” katanya. Gobel juga mengajak masyarakat Belarusia untuk berwisata ke Indonesia.
Selain itu, Gobel juga meminta Belarusia membantu Indonesia agar upaya Indonesia untuk memiliki perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) dengan Uni Eropa bisa segera ditandatangani. Menanggapi hal itu, Vladimir berjanji bahwa Belarusia akan membantu upaya Indonesia. “Apalagi saat ini Belarusia sedang menjadi ketua komisi sehingga bisa lebih optimal membantu Indonesia untuk memiliki FTA dengan Uni Eropa,” kata Vladimir.
Sedangkan Sugeng Suprawoto menyampaikan tentang kebutuhan bahan baku obat Indonesia yang masih impor hingga 90 persen dari kebutuhan serta masalah crude palm oil (CPO) atau minyak sawit Indonesia yang masih terus diganjal Uni Eropa. “Belarusia siap membantu Indonesia untuk masalah CPO,” kata Vladimir.
(*)