MINSK - Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) Rachmad Gobel mengungkapkan ketertarikannya pada potasium di Belarusia. Potasium atau kalium merupakan bahan baku pupuk majemuk NPK (Nitrogen, Phosphat, Kalium) yang dibutuhkan petani untuk produktivitas dan hasil pertanian yang berkualitas.
Ketertarikan itu disampaikan Gobel saat kunjungan kerja (kunker) ke Belarusia pekan lalu.
Legislator Partai NasDem itu menjelaskan bahwa Belarusia merupakan salah satu penghasil potasium terbesar di dunia, selain Kanada dan Rusia.
Kandungan potasium di tambang Belaruskali yang dikunjungi Gobel dan rombongan diperkirakan mencapai 6,6 miliar ton, yang cukup untuk operasional perusahaan selama lebih dari 120 tahun.
Potasium jugalah yang selama ini mendominasi perdagangan Indonesia-Belarusia. Berdasarkan total neraca perdagangan kedua negara yang mencapai US$165,2 juta pada 2020, sebesar US$141,97 juta adalah impor potasium Indonesia dari Belarusia.
Belarusia memang bukan satu-satunya produsen potasium, namun Gobel tertarik pada negara bekas pecahan Uni Soviet itu adalah kemampuan menjaga ketahanan pangannya, bahkan mampu mengekspor produk pertaniannya seperti susu dan produk turunan daging, hingga hasil tanaman pangan.
“Kita ingin belajar bagaimana Belarusia mencapai kedaulatan pangan, membangun pertanian dan peternakannya,”ujar Gobel.
Sebelum bertemu dengan kementerian teknis di Belarusia, Legislator NasDem dari Dapil Gorontalo itu dan rombongan terlebih dahulu menemui parlemen Belarusia. Kedatangan Gobel disambut Ketua Parlemen Belarusia, Vladimir Andreichenko dan Wakil Ketua Parlemen Belarusia, Valery Mitskevich.
Pimpinan parlemen kedua negara bersepakat mendorong pemerintah masing-masing negara untuk meningkatkan kerja sama ekonomi, termasuk pertanian.
Produk yang diekspor Belarusia ke Indonesia di antaranya adalah daging, susu dan produk turunannya seperti mentega. Nilai impor Indonesia pada produk tersebut mencapai US$2,6 juta pada kurun waktu Januari-Agustus 2021.
Yang menarik juga kemampuan Belarusia memproduksi alat dan mesin pertanian (Alsintan). Industri traktor Belarusia mampu memproduksi traktor tangan kekuatan 9 hp (horse power) hingga traktor multifungsi 450 hp untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor.
Karena itulah delegasi Indonesia yang dipimpim Rahmad Gobel pada kunker tersebut juga berkunjung ke Belarus Minsk Tractor Work yang merupakan produsen alsintan.
Jajaki Kerja Sama
Dalam rangka pertemuan dengan parlemen maupun kementerian teknis di Belarusia, Gobel ingin mengetahui langsung kemampuan Belarusia mendukung kedaulatan pangan sekaligus menjajaki kerja sama demi meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia.
Ia berharap Belarusia tidak hanya menjadikan Indonesia pasar, namun juga jadi basis produksi alsintan Belarusia untuk pasar Indonesia dan negara lain.
Kebutuhan alsintan Indonesia yang besar bisa menjadi basis produksi alsintan Belarusia. Apalagi pemerintah Indonesia memiliki banyak program pertanian, termasuk membeli alsintan untuk petani yang salah satu ketentuannya harus memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hingga 40%.
Menanggapi permintaan Gobel, Wakil Menteri Perindustrian Belarusia, Dmitri Haritonchick mengatakan pihaknya membuka semua peluang jenis kerja sama dengan Indonesia. Bahkan ia mengaku sedang mencari mitra Indonesia yang andal untuk bekerja sama dan meminta delegasi Indonesia itu untuk merekomendasikannya.
“Menurut saya kerja sama harus saling menguntungkan. Karena itu kami siap, bukan hanya menyuplai produk kami, tapi juga mengimpor produk pertanian atau produk lain yang tidak ada di Belarusia,” katanya.
Dalam kunjungan delegasi Indonesia ke Belarusia, Gobel juga didampingi Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto, anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan, anggota Komisi X DPR RI Ratih Megasari Singkarru, Dirjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam, Dirut Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi, dan Dubes RI untuk Rusia dan Belarusia, Jose AM Tavares.(RO/*)