BANDUNG - Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan, Rachmad Gobel, mengajak generasi milenial yang terjun menjadi pengusaha UMKM untuk membiasakan diri berperilaku tangan di atas, bukan tangan di bawah.
“Ini akan melatih kemandirian dan membentuk karakter kewirausahaan yang tangguh serta tahan banting,” ungkap Gobel, saat menjadi keynote speaker dalam acara peluncuran Muktamar Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima Persis), di Bandung, Jawa Barat, Minggu (13/2).
Dalam acara yang dilakukan secara hibrida (online dan offline) itu, juga hadir Ketua Majelis Penasihat PP Persis, KH Maman Abdurrahman, juga para mantan Ketua Umum Hima Persis yang kini sudah bertebaran di berbagai lembaga dan profesi.
Generasi muda milenial, kata Gobel, merupakan cahaya bagi negeri dan bagi masa depan bangsa. Setelah dua tahun Indonesia didera badai corona, kata Gobel, sudah saatnya Indonesia bangkit kembali.
“Negeri ini sangat membutuhkan kontribusi kaum milenial, apalagi saat ini Indonesia dalam kondisi bonus demografi. Jadi, kaum muda memang kekuatan nyata dan dominan Indonesia saat ini,” kata Legislator NasDem tersebut.
Gobel menyatakan banyak sektor yang bisa dimasuki dalam dunia usaha. Ia menyebutkan di antara yang penting adalah usaha herbal, handicraft dan furniture, pangan dan kuliner, dan fashion, termasuk batik, tenun, dan sulam.
"Pasar herbal dunia mencapai Rp900 triliun. Namun Indonesia baru berkontribusi satu persen. Padahal Indonesia sangat kaya tanaman herbal dan rempah-rempah. Karena itu pasar herbal dunia dikuasai India dan China. Bahkan Korea yang hanya mengandalkan ginseng mampu berkontribusi lumayan besar," papar Gobel.
Ditambahkannya, Indonesia memiliki banyak tanaman herbal seperti jahe, kunyit, dan sebagainya. Demikian pula dengan kekayaan fashion Indonesia.
“Indonesia memiliki batik, tenun, sulam, yang masing-masing daerah memiliki ragam tersendiri. Ini kekayaan yang tak dipunyai semua bangsa,” tegas Gobe.
Legislator NasDem dari Dapil Gorontalo itu juga menambahkan, pasar pangan halal dunia juga sangat besar, sekitar US$700 triliun.
“Berbisnislah dengan berkeringat. Jangan mau yang instan dan jangan ingin cepat kaya. Semua harus dimulai dengan kerja keras,” tandasnya.
Karena itu, ia mengingatkan agar jangan mudah terbuai dengan tawaran usaha yang instan seperti forex atau pinjol.
“Dalam berusaha itu yang penting du-it,” katanya. Para hadirin tertawa. “Jangan salah tangkap. Maksudnya do it. Kerja keras. Bekerja. Berkeringat,” pungkasnya.(Nasihin/*)