News Detail

RG : Panen Jagung Adalah Virus Baru Imbangi Virus Corona

RG : Panen Jagung Adalah Virus Baru Imbangi Virus Corona

Pangan adalah kebutuhan dasar. Strategi pencegahan penyebaran Covid-19 yang disusun oleh pemerintah hanya akan efektif jika pangan pokok untuk rakyat tersedia. Hal itu diungkap Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel disela panen raya tanaman hortikultura bersama Petrokimia Gresik, perusahaan Solusi Agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia, di Desa Tolotio, Kecamatan Tibawa, Provinsi Gorontalo, Sabtu (4/7/2020).

Panen raya ini merupakan kelanjutan dari pelatihan yang diberikan oleh Petrokimia Gresik kepada para petani jagung, cabai, dan tomat.

"Kegiatan ini merupakan salah satu tahapan dari kerja sama antara legislator asal Gorontalo dengan Petrokimia Gresik. Ini untuk percepatan pembangunan Gorontalo sebagai lumbung pangan nasional bagian timur dalam rangka menjaga ketahanan pangan di tengah pandemi Covid-19," kata Gobel Minggu (5/7/2020).

Dia menegaskan berkat kerja sama yang dilakukan, produktivitas jagung dalam panen meningkat hingga 2 kali lipat. Dimana untuk satu hektare lahan demonstration plot (demplot) menghasilkan jagung pipilan 10,1 ton. Sedangkan kebiasaan petani setempat hanya menghasilkan 5 ton per hektare. Demplot jagung ini tidak hanya dilakukan di Desa Tolotio, tapi juga Desa Dutulana’a dan Desa Molowahu.

Selain jagung, kerja sama ini juga direalisasikan dalam demplot tomat dan cabai di Desa Tenilo dengan peningkatan produktivitas yang juga signifikan, yaitu tomat 43,2 ton, serta cabai 12 ton. Panen tomat ini meningkat 80 persen (naik 19,2 ton) dari sebelumnya 24 ton. Sedangkan panen cabai meningkat 50 persen (naik 4 ton) dari produktivitas sebelumnya 8 ton setiap hektare.

Adapun pola pemupukan berimbang rekomendasi Petrokimia Gresik dalam demplot ini, untuk tanaman jagung menggunakan pupuk organik Petroganik (500 kg/ha), NPK Phonska Plus (300 kg/ha) dan Urea (300 kg/ha). Sedangkan untuk tomat dan cabai masing-masing menggunakan Petroganik (2.000 kg/ha), NPK Phonska Plus (800 kg/ha), serta ZA (200 kg/ha).

Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi mengemukakan apa yang dilakukan sebagai upaya nyata Petrokima Gresik sebagai Solusi Agroindustri. Tujuannya menghadirkan produk berkualitas untuk meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus menjaga keberlanjutan pertanian.

“Kami berhasil menjawab tantangan Bapak Rachmat Gobel, menanam tanaman hortikultura tanpa menggunakan pupuk subsidi, dan hasilnya terbukti luar biasa,” ujar Rahmad.

Rahmad menjelaskan bahwa produk hortikultura dari Kabupaten Gorontalo memiliki potensi besar dan berperan aktif dalam menjaga swasembada pangan nasional. Untuk itu, kegiatan produksi pertanian di masa pandemi ini harus semakin digenjot, mengingat masyarakat sangat membutuhkan stok pangan yang sehat sebagai kebutuhan dasar meningkatkan imun tubuh dalam upaya memerangi penyebaran Covid-19.

"Petrokimia Gresik siap bersinergi dengan stakeholder dalam upaya peningkatan produktivitas pertanian guna menjaga ketahanan pangan di tengah wabah Covid-19. Semangat kita untuk terus produktif dimasa pandemi ini, merupakan virus baru untuk mengimbangi virus Corona. Virus produkti ini jangan kita jauhi seperti halnya virus Corona, melainkan kita dekati” ujarnya.

Berdasarkan kalkulasi, lanjut Rahmad, lebih menguntungkan menggunakan pupuk non-subsidi dengan hasil 10 ton lebih dari pada menggunakan pupuk subsidi tapi hasil panen hanya 5 ton.

Rahmad memastikan Petrokimia Gresik akan melanjutkan kerja sama ini di beberapa titik lain. Ia berharap pola pemupukan rekomendasi Petrokimia Gresik ini dapat diduplikasi oleh petani lainnya di Gorontalo. Selain itu, produk-produk Petrokimia Gresik diharapkan dapat menjadi pilihan untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

Sementara itu, petani Desa Haya-haya, Kecamatan Limboto Brata, Kabupaten Gorontalo, Djafar Abdullah mengaku telah mengikuti pola pemupukan berimbang Petrokimia Gresik dan merasakan manfaatnya, yakni peningkatan produktivitas pada tanamannya jagungnya lebih dari 50 persen.

“Saya akan kembali menerapkan aplikasi pupuk non subsidi ini pada musim tanam berikutnya. Meskipun harganya sedikit lebih mahal, tapi sangat sebanding dengan hasilnya yang meningkat pesat,” ujarnya.