News Detail

Soal Polemik Pakaya Tower, Kadis Syamsul Gunakan Standar Ganda Penangan COVID-19

Soal Polemik Pakaya Tower, Kadis Syamsul Gunakan Standar Ganda Penangan COVID-19

Pernyataan Kadis Pariwisata Kabupaten Gorontalo Syamsul Baharudin, dinilai tidak mencerminkan gaya komunikasi pejabat pemerintah. Pasalnya, penjelasan yang disampaikan kehadapan publik, tidak utuh dan punya standar ganda, sehingga lebih identik dengan pola komunikasi politik praktis.

Hal itu diungkap Direktur Eksekutif Media Center NasDem Gorontalo, Alyun Hippy, menanggapi pemberitaan beberapa media online di Gorontalo yang terbit hari Minggu kemarin (1/11/2020).

“Penjelasan Syamsul itu, punya kemiripan dengan motiv komunikasi politik praktis, yang seringkali digunakan para praktisi politik untuk memicu kegaduhan dikalangan masyarakat,”ungkap Alyun.

Sebagaimana diberitakan, Syamsul mengungkap isi percakapan melalui telepon, antara dirinya dengan Rachmat Gobel. Isi percakapan sebagaiamana dirilis media, Syamsul seolah mengopinikan Rachmat Gobel tidak taat protokol penanganan COVID-19. Lantaran Sabtu malam kemarin (31/10), meminta pihaknya untuk menyalakan lampu yang menghiasi Pakaya Tower.

Menyikapi soal itu Alyun mengatakan, tindakan Syamsul mengungkap isi percakapan via telepon sehingga menjadi konsumsi publik, adalah tindakan yang tidak etis untuk dilakukan oleh pejabat pemerintahan. Sebab percakapan melalui telepon adalah lingkup percapakan yang konsumsinya bersifat terbatas.

Alyun juga menambahkan, pengungkapan isi percakapan yang tidak utuh pada kronologi peristiwa itu ke khalayak publik, identik dengan pola komunikasi politik hitam, lantaran bisa berpotensi mencemarkan nama baik Rachmat Gobel. 

“Kami sangat prihatin. Penyampaian kronologi yang diungkap Syamsul kehadapan publik melalui berbagai media, isinya tidak utuh dan lengkap. Saya menilai itu sebagai upaya character assasination  atau pembunuhan citra maupun kehormatan Rachmat Gobel selaku pejabat negara dan tokoh besar yang telah menata Pakaya Tower sehingga menjadi kebanggaan bagi rakyat Gorontalo dan mendatangkan keberkahan rejeki kepada pedagang disekitarnya,”keluh Alyun.

Alyun menguraikan, permintaan Rachmat Gobel untuk menyalakan lampu hias Pakaya Tower pada sabtu malam kemarin itu, guna melakukan pengecekan terhadap kondisi lampu yang usia pemakaiannya genap berusia dua Tahun, pada 31 Desember 2020 ini.

“Jadi malam itu, salah seorang pengurus NasDem Kabupaten Gorontalo yang berda di lokasi, diminta untuk menghubungi nomor telepon kadis parisiwata, guna meminta, agar lampu pada Pakaya Tower dinyalakan, walau hanya untuk waktu sesaat saja. Jadi saya tegaskan kembali permintaanya hanya untuk sesaat saja. Lantaran beliau (Rachmat Gobel,red) ingin melihat kondisi lampunya. Sebab sebelumnya, beliau menerima laporan ada beberapa lampu yang telah hilang maupun yang kondisinya sudah tidak maksimal, sehingga beliau ingin mengecek kebenaran laporan itu, agar bisa segera di ganti,” jelas Alyun.

Alyun mengemukakan, pengecekan kondisi lampu Pakaya Tower itu penting dilakukan Rachmat Gobel, lantaran tindakan perawatan dan pemeliharaan rutin pada teknologi lampu-lampu yang juga digunakan pada menara Eiffel Paris itu. Hingga saat ini, masih dilaksanakan oleh Panasonic Gobel Indonesia, perusahaan dimana Ia tercatat sebagai Presiden Komisarisnya.

Kepentingan pencegahan penularan COVID-19 yang dijadikan alasan oleh Syamsul untuk menolak permintaan untuk menyalakan lampu menara walau hanya dalam waktu sesaat itu, menurut Alyun tidak bisa diterima oleh logika akal sehat.

Bahkan Alyun menilai, penggunanaan alasan atas nama kepentingan penanganan COVID-19 di era new normal life oleh Syamsul, terkesan punya standar ganda.

“Jangan sampai, lantaran ada maksud tujuan politik yang tersembunyi, Pak Samsul menggunakan alasan protokol COVID sebagai tameng. Sementara untuk kepentingan mengejar target kinerjanya, Dia (Syamsul,red) mendukung pembukaan objek wisata yang juga menimbulkan banyak kerumunan orang. Harusnya dia bersyukur, kehadiran Pakaya Tower sebagai destinasi wisata, bisa membantu pencapaian kinerjanya,” kelakar Alyun.

Dari catatan berbagai media. Pada bulan Juni tahun ini. Pemkab Gorontalo, telah membuka kembali seluruh obyek wisata dan tempat hiburan, untuk mengawali penerapan new normal live di Kabupaten Gorontalo. Pembukaan kembali sarana pariwisata itu diawali sebelumya dengan pembukaan kembali fasilitas pasar yang selama masa PSBB ditutup, lantaran mengakibatkan kerumunan banyak orang. Pembukaan kembali itu dilakukan, sebab pemkab Gorontalo akan menerapkan Protokol COVID-19 dengan ketat.

Bahkan dari berbagai catatan media, pembukaan kembali berbagai fasilitas publik melalui lounching yang dilakukan Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo itu, disambut secara positif oleh Saymsul. Lantaran hal itu diyakininya bisa menutupi selisih capaian target kinerjanya sebagai kepala dinas pariwisata.

Syamsul menargetkan, kunjungan wisatawan ke Kabupaten Gorontalo untuk Tahun 2020 sebanyak 207.456 orang. Sementara itu, pada Maret 2020 realisasi capaiannya baru mencapai 66.188 orang. Penerapan PSBB bisa jadi mengancam capaian target kinerjanya, tidak terpenuhi.

“Penggunaan standar ganda itu jangan sampai memunculkan kecurigaan masyarakat terhadap  netralitas ASN Pemda Kabupaten Gorontalo, di Pilkada setempat,” sindir Alyun.